NOVEL ONLINE NYONYA AVA CHAPTER 1 MADAM LILIAN









Location: Bandung


Mangga Arum Manis berayun santai di pohon yang ditanam Bahden (Abah Deden) yang piawai berkebun, alhasil hunian yang terletak di perumahan ini dikelilingi oleh pepohonan rindang.


Dilantai dua Ava memandangi danau dari perpustakaan merangkap kantor milik Bahden yang dipenuhi elemen kayu dengan perapian buatan.


Hati Ava berkecamuk karena hari ini Bahden pulang dari bulan madu selama dua minggu di Bali.


Disatu sisi ia sangat amat merindukan Bahden namun semenjak ibu tirinya yang terpaut 5 tahun lebih tua darinya datang di kehidupan mereka, semua berubah.


Kehidupan Ava dan Bahden yang semula sangat harmonis dengan keterikatan yang kuat kini sering terjadi perselisihan yang berujung saling menyakiti.


Ava tidak hadir dalam pernikahan mereka karena tidak setuju, namun hari ini ia menemukan jawaban mengapa ayahnya menjual mobil kesayangannya.


Lembaran copy kontrak berisi rincian harga fantastis dari Event Organizer yang mengatur pernikahan Bahden merupakan bukti bisu.


"Aku akan pergi ketika perempuan itu datang, aku tidak sudi serumah dengannya" Ava menggeret koper merahnya bersiap keluar dari rumah.


Bahden baru saja datang bersama sang ibu tiri, wajah kedua pengantin baru itu sumringah sementara Ava terdiam memandangi keduanya dengan tatapan tajam penuh amarah karena kedudukannya dilucuti.


Ia tidak memiliki kuasa menyuruh wanita itu pergi dari rumah dan kembali memiliki kehidupan harmonis berdua saja dengan sang ayah karena posisi wanita itu kini sudah menjadi ratu di rumah ini.


Bahden mendekati Ava sambil memeluknya


"Ava Bahden rindu kamu nak, kamu mau kemana" Ucap Bahden lirih, wajahnya yang semula ceria berubah muram melihat koper merah Ava dan ia merasa akan kehilangan anak semata wayangnya yang sudah ia asuh semenjak lahir


"Mau ke Singapura mendatangi ibu dan mungkin akan pindah kesana" Ucap Ava sambil memandang tajam ibu tirinya


"Bukannya ibu kamu sudah meniggalkanmu sejak lahir?" Ibu tiri Ava menyahut usil


Bahden terdiam mendengar ucapan tajam dari istrinya dan semburat masa lalu muncul dalam pikirannya.


Bahden tidak akan pernah lupa awal pertemuan dengan Lilian, murid SMA berwarga Negara Singapura yang menjadi cinta pertamanya.


Paras oriental Lilian yang mirip sekali dengan Maggie Cheung membuatnya menjadi kembang sekolah sekaligus mampu menaklukan hati Deden sang Bae Yong Jun dari Paris Van Java.


Dua insan yang dimabuk cinta itu menghasilkan buah cinta yang cantik bernama Ava. Ava yang baru lahir ditinggalkan oleh sang ibunda Lilian yang memilih kembali ke Singapura karena ancaman akan dicabut dari silsilah keluarga, akhirnya Lililan harus merelakan Ava diasuh oleh Bahden


Tinggallah Bahden sendiri berjuang menjadi seorang ayah muda yang mencurahkan kasih sayangnya pada Ava.


Amarah Bahden karena ditinggalkan oleh Lilian kemudian menjadi cambuk bagi Bahden untuk giat bekerja hingga menghantarkannya menjadi Pengusaha sukses dan ia tetap fokus mengurus Ava hingga akhirnya Ava lulus kuliah dengan nilai memuaskan.


Tidak berselang lama dari kelulusan Ava, barulah Bahden mulai pelan-pelan merajut cinta kembali dan secepat kilat menikah, namun disisi lain Ava belum siap sehingga pernikahan tersebut akhirnya menjadi jarak pemisah bagi ayah dan anak itu.


"Diam kamu jangan ikut campur!" Ava membentak ibu tiri yang merenggut segalanya dalam sekejap. Mulai dari mobil kesayangannya, ayahnya dan kini rumahnya.


"Ava, jaga ucapanmu" Bahden secara tidak sadar membela istrinya


Ava merasa tidak ada gunanya lagi ia berlama-lama dan segera pergi meninggalkan rumah itu. Ia menarik koper merahnya menuju mobil travel yang akan mengantarkannya langsung ke Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.


Tangisannya pecah begitu ia duduk di mobil karena ia harus meninggalkan segalanya untuk masa depan yang sama sekali ia tidak ketahui.


Bahden tidak menyangka kejadian ini harus terulang dua kali dulu Lilian dan kini Ava...


Sang istri baru sibuk memberikan pelukan hangat sambil tersenyum puas karena ia berhasil mencengkram Bahden untuk tidak menghalangi Ava pergi.


Bahden menuju kantor kecilnya dilantai dua dan berusaha menelpon Ava namun handphone Ava tidak aktif.


Ia semakin khawatir begitu melihat copy Kontrak dari event organizer dan diatasnya ada dompet yang berisi berbagai kartu debit dan kredit milik Ava.


Bahden mengetahui tanda - tanda itu bahwa Ava memutuskan mandiri.


Tidak lama Bahden lalu sibuk menelpon Kemuning yang merupakan sahabatnya dan juga Dosen Ava


"Postinganmu di Linkdln itu sudah terisi Kem?" Bahden harap-harap cemas


"Senin ini sesi interview terakhir Den, karena keponakanku saat itu bilang kalau posisi ini urgent karena user sudah mau datang"


"Kem aku bisa minta tolong? Email Ava untuk undangan interview "


"Ok Den, tapi ga janji Ava lolos atau tidak! karena keputusan ada di keponakanku dan ingat lokasinya ada di Jakarta"


"Ava sekarang bertolak ke Jakarta. Ga apa-apa terima kasih banyak bantuanmmu ya Kem" Bahden berharap strategi cerdasnya ini berhasil karena ia mengenal Ava adalah anak yang keras kepala dan memiliki prinsip yang kokoh. Pastinya Ava tidak akan mau ditolong oleh Bahden.


Seperti saat ia ingin membeli tas dengan harga mahal Ava kemudian mulai bekerja menjadi Barista dan menabung.


Apabila Lilian menolaknya di Singapura setidaknya Ava memiliki pekerjaan di Jakarta dan Bahden berdoa untuk anak perempuannya mendapatkan pekerjaan itu.


Semoga kejadian ini membuat putrinya belajar mengenai kehidupan.


-0-


Location: Singapore Office


Sudah hampir dua jam Ava menunggu sang ibu Lilian yang sedang meeting.


Ava ditempatkan didalam ruangan dengan pemandangan indahnya Laut dan maskot Singapore patung Merlion yang menyemburkan air.


Awan yang awalnya putih berarak kini berubah menjadi jingga. Ava membuka botol air mineral yang kedua sambil menge-check handphonenya.


Ayahnya berkali-kali menelponnya dan mengirimkan pesan untuk pulang namun Ava masih sama sekali belum memberikan respond karena ia masih butuh waktu untuk mencerna semuanya.


Ava akhirnya melihat email yang dikirimkan oleh Ibu Kemuning yang mengundangnya interview di Jakarta besok sore.


Ava lagi-lagi tidak memberikan respond ia hanya ingin bertemu sang Ibu yang merupakan sosialita Singapore.


Ava suka stalking Linkdln dan berbagai majalah bisnis yang memuat kabar mengenai ibunya. Lilian merupakan role model Ava.


Ia mengaggumi sosok ibunya dan berharap suatu saat bisa sepertinya karena Lilian merupakan sosok cerdas dan pengusaha sukses.


Sebenarnya Ava nervous karena akhirnya dapat melihat secara langsung sang ibunda yang selama ini ia kagumi dari jauh.


Bahden sendiri selalu bercerita hal-hal baik mengenai Lilian sepertinya Bahden masih mencintai Lilian karena sebelumnya cinta mereka memang belum berakhir.


Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah seorang wanita dengan pakaian rapi dengan logat Singapore-English yang kental


"Maaf anda harus menunggu lama! Madam Lilian sudah selesai meeting namun karena waktu yang mepet beliau memutuskan segera ke company event.


Pesan beliau apabila anda mau bertemu dengannya bisa ke alamat ini setelah acara selesai" gadis itu lalu memberikan print-out alamat event itu pada Ava.


Ava menggeret koper merahnya sambil melangkahkan kakinya dari gedung perkantoran itu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di hotel.


Ava merasa sedih bagaimana bisa ibunya lebih mementingkan acara, dibanding bertemu sebentar dengan anak kandungnya! padahal jauh-jauh ia dari Bandung ke Jakarta dan terbang ke Singapura hanya untuk bertemu sang ibunda tanpa memperdulikan rasa lelah.


Ia setidaknya beruntung ibunya mau membalas pesannya di Linkdln dan akhirnya membayarkan tiket pesawat serta hotel untuknya tapi tetap saja akal sehatnya bertanya apakah langkah yang ia ambil sudah benar?


Ava kebingungan karena sama sekali tidak membawa baju formal untuk menemui sang ibunda di event perusahaan tersebut, hanya ada dua jeans robek-robek, 2 kaus dan 1 kemeja putih. Ava menghela nafas


-0-


Location: Company Event


Lampu Kristal menggantung cantik seperti Kristal es yang membeku dilangit-langit yang penuh ukiran kuningan dan memantulkan cahaya yang kuning hangat sementara lantai marmer bagaikan cermin besar bagi langi-langit yang indah.


Ava menunggu di lobby hotel sembari mendengarkan denting piano yang menenangkan.


Ia secara cermat memperhatikan satu persatu tamu yang keluar hingga akhirnya seorang wanita bergaun merah bertabur Swarovski dengan aksesoris kalung batu permata rubi berjalan dengan elegan menapak lantai marmer yang terlihat seperti air sementara dibelakangnya ia diikuti oleh pemuda berjas dan gadis dengan gaun berwarna sama namun lebih simple.


Ava berlari menuju wanita itu sembari berfikir keras, apakah aku memanggil lilian dengan sebutan mama? Apakah mama adalah sebutan yang berlebihan dan membuat semuanya menjadi canggung?


"Madam Lilian" ucap Ava sambil menghentikan jalan wanita yang anggun itu, sementara pemuda dan gadis dibelakangnya terlihat heran melihat Ava yang begitu berani mengehentikan langkah ibunya.


"Ya" Madam Lilian menjawab singkat sembari scanning melihat Ava dari atas sampai bawah dan sepertinya ia tidak menyukai style putri-nya itu


"Saya Ava" ucap Ava


"Lilian kamu dan anak-anak lagsung pulang saja ya!aku harus menemani Client minum dulu" Ucap seorang laki-laki Oriental yang tinggi semampai dan berkacamata itu sembari menepuk halus pundak Lilian.


"Baiklah, ayo anak-anak " Lilian lalu menggandeng kedua anaknya


Ava melihat kedua orang yang digandeng Lilian dan mereka berdua ternyata adalah adiknya.


"Lilian siapa dia?" Pria yang terlihat seperti pengusaha sukses itu rupanya memperhatikan Ava yang menghadang jalan Lilian


"Orang yang meminta pekerjaan"ucap Lilian singkat dan berlalu begitu saja sembari menggandeng kedua anaknya dan berjalan melalui Ava.


Wangi mawar mewah dari parfum lilian semerbak namun seakan menancapkan duri dihati Ava yang hancur berantakan.


-0-


Location:Hotel


Bahden masih berusaha menelpon Ava dengan text yang menggunung tidak terbalas. Bahden mungkin saja merasakan kalau sang putri sedang bersedih.


Ava berendam di bath tub pikirannya kusut ia tidak menyangka pertemuan dengan sang ibu diluar dugaan dan bahkan dalam sehari sudah dua kali sang ibu mengecewakannya.


Ava tidak habis pikir apakah ibunya angkuh dan sombong ataukah ia berusaha menyembunyikan sosok Ava agar tidak mengganggu keluarga intinya?


Tangisnya pun pecah karena ia tidak dapat membendung emosi yang begitu besar dari gelombang kesedihan yang memuncak. Ava memutuskan kembali ke Tanah Air secepatnya dan memulai peruntungan di Jakarta


--0--

TAGS :baca novel gratis, baca novel, novel gratis, baca wattpad, novel online gratis, aplikasi novel gratis, baca novel romantis gratis, Novel Best Seller indonesia, novel bagus, baca novel online, aplikasi baca novel gratis, wattpad cerita, aplikasi novel,, wattpad online, baca novel online gratis, baca novel gratis online, novel gratis online, baca novel online gratis bahasa indonesia, cerpen romantis wattpad, novel online wattpad,website baca novel gratis, baca novel indonesia,fizzo,wattpad,kbm,


0 Comments